Maqam Tawhid


Setelah si Salik mendapatkan pengalaman haji ruhaniah dalam suluk (perjalanan ruhaniah menuju Allah), maka semua yang sebelumnya salah, akan menjadi benar.

Kejahatan yang pernah mereka lakukan akan diganti Allah dengan kebaikan. Sekarang si Salik berada pada tempat (maqam) tawhid  yang baru dicapainya, dan perasaan tawhid ini akan berkelanjutan dan kekal bersama si Salik.

Firman Allah :

 “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, kejahatan mereka akan diganti Allah dengan kebajikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (Q.S. Al-Furqan : 70)

Maka si Salik akan bebas dari semua kesalahan yang datang dari dirinya, dan dia akan terbebas dari rasa takut dan berduka cita.

Firman Allah :

 “Ingatlah ! Sesunguhnya Awliya’ (para wali) Allah itu, tidak takut dan berduka cita”. (Q.S. Yunus : 62).

Akhirnya tawaf selamat tinggal dilakukan dengan membaca semua nama-nama Allah yang telah disebut pada bagian terdahulu.

Kemudian si Salik kembali ke tempat asalnya, yaitu ‘tanah suci’ di mana Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan paling indah. Setelah kembali, ia membaca nama Allah “ASH-SHAMAD” (Sumber harta, yang dari-Nya semua kebutuhan makhluk dapat dipenuhi).

 Itulah tempat atau peringkat ‘bersama dengan Allah’. Dan disitulah tempat tinggal si Salik dari segi batinnya, dan disitu pula tempat ia kembali.

Demikian perjalanan suluk si Salik, lengkap dengan pengalaman-pengalaman ruhaniah yang dialaminya ketika berada di peringkat-peringakt atau maqam-maqam menuju destinasinya kepada Allah SWT.

Nama-nama tempat dan maqam dalam perjalanan ruhani itu hanyalah sebuah perumpamaan. Hanya mereka yang mengalaminya, yang  mengetahui maksud dan getaran-getaran perjalanan ruhaniah itu.

Kebanyakan orang memetik ilmu dari permukaannya saja, yakni dengan berguru (yaitu ilmu yang tersurat). Tetapi orang yang arif memetik ilmu dengan ilmu Ketuhanan, memetik ilmu dari dalam (yaitu ilmu yang tersirat).

Hikmah kebijaksanaan si arif adalah rahasia Allah, tidak ada seorangpun yang tahu apa yang diketahui Allah, kecuali Allah sendiri.

Ilmu oang arif telah diilhamkan Allah kedalam hatinya, bukan terjadi seperti yang didapat oleh orang yang lain, yang biasanya ditemukan  di bangku-bangku sekolah melalui bantuan guru. Bahkan, jika Allah menghendaki sesuatu ditakdirkan, maka terjadilah hal yang diinginkan Allah itu.

Firman Allah :

 “….sedang mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang Allah kehendaki, kursi (ilmu) Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya karena Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.  (Q.S. Al-Baqarah : 255) 

Para Waliyullah adalah orang-orang yang mendapatkan ilmu dari Allah yang berusaha sekuat tenaga masuk ke majelis-Nya. Dan Allah berfirman :

 “Dan sesungguhnya Dia (Allah) mengetahui yang rahasia dan yang lebih tersembunyi”. (Q.S. Thaahaa : 7)

Selanjutnya Allah berfirman :

 “Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik). (Q.S. Thaahaa : 8)

Komentar

Postingan Populer