Peringkat Khusus bagi Orang-orang Terpilih

Barangsiapa yang tidak memperoleh ilmu di peringkat yang khusus, maka mereka tidak akan paham bagaimana orang yang di peringkat itu diizinkan melihat Ruh al-Quds, Nabi Muhammad SAW, dan ‘berbincang-bincang dengan Nabi Muhammad’. Mereka melihat dan berbincang-bincang tidak dengan mata dan mulut yang zahir, karena mata dan mulut yang zahir ini tidak mungkin mampu berbuat demikian. Perkara ini adalah perkara ruhaniah, perkara gaib, perkara yang berhubungan dengan ruh suci dan yang disucikan dengan zikrullah dan riyadah (latihan) para Awliya’ Allah.

Barangsiapa yang tidak mendapat ilmu ini, maka tidak akan menjadi orang yang bijaksana dan arif, walaupun ia membaca sejuta kitab. Mungkin ganjaran yang diperoleh oleh mereka yang alim dalam ilmu zahir ialah surga di tempat dimana yang tampak adalah penzahiran sifat-sifat Ketuhanan dalam bentuk Nur (cahaya). Walau begitu tinggi dan sempurnanya ilmu zahir seseorang, ilmu itu tidak akan membantunya memasuki Majelis Ketuhanan atau Hazirah al-Quds, yaitu sebuah tempat ‘bersama’ Allah. Mereka perlu terbang ke Hazirah al-Quds.

Hamba Allah yang benar-benar berniat terbang ke peringkat itu sebenarnya memerlukan dua ‘sayap’, yaitu ilmu zahir dan ilmu batin (ilmu syariat dan ilmu hakikat). Kedua ‘sayap’ ini mereka kepakkan tanpa henti dalam perjalanannya. Mereka terbang tanpa peduli terhadap hal-hal yang menggoda mereka selama dalam perjalanan. Tujuan akhir yang mereka tuju adalah Allah. Allah perlu dikenal dengan perkenalan yang penuh dengan kesungguhan.

Allah berfirman dalam sebuah Hadis Qudsi, “Wahai hamba-Ku! Jika kamu ingin memasuki Majelis-Ku, maka janganlah kamu tumpukan perhatianmu kepada dunia ini, kepada alam Malaikat, atau alam yang lebih tinggi dari itupun !”

Tegasnya, orang yang berma’rifah kepada Allah, cukuplah ma’rifah ditujukan semata-mata kepada Allah, tidak kepada selain Dia .

Dunia nyata ini dalam pandangan orang-orang yang berilmu adalah penggoda atau penipu, musuh atau setan. Di peringkat Alam Malaikat pun ditemui penggoda atau musuh bagi ahli ruhani, dan di peringkat sifat-sifat Allah muncul pula penggoda dan musuh bagi ahli hakikat. Barangsiapa yang tergoda dan dapat terkalahkan oleh penggoda-penggoda atau musuh-musuh itu, niscaya ia tidak akan mendapat nikmat ‘bersama’ atau ‘bersatu’ dengan Allah. Barangsiapa tergoda oleh rayuan penggoda dan dikalahkan oleh musuh, pasti langkahnya akan terhenti hanya sampai di situ dan tidak akan dapat maju lebih tinggi dan lebih jauh lagi dalam perjalanan menuju tujuan akhir, yaitu Zat Yang Maha Tinggi. Meskipun tujuannya ingin ‘bersatu’ dengan Zat itu namun ia tidak akan pernah sampai. Perjalanannya akan terhenti sampai di tempat itu. Mereka yang seperti ini adalah orang-orang yang terbang hanya dengan satu sayap, sedangkan sayapnya yang sebelah telah patah.

Orang-orang yang tidak menyimpang dari tuntunan jalan Allah dan tidak tergoda oleh penggoda dan musuh dalam perjalanannya menuju Allah, niscaya akan menerima hadiah dari Allah SWT yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam pikiran. Di tempat itulah surga ‘bersama Allah’ berada. Di surga itu tidak ada intan permata, tidak ada bidadari, tidak ada mahligai, dan sebagainya. Di tempat itulah ia mengenal dirinya dan tidak menginginkan sesuatu yang bukan diperuntukkan baginya.

Sayyidina Ali pernah berkata, “Mudah-mudahan Allah SWT mencurahkan rahmat kepada siapa yang mengenal dirinya yang tidak melanggar batas, yang menjaga lidahnya, dan yang tidak menyia-nyiakan hidupnya di dunia ini.”

Dunia ini bukan negeri yang kekal dan  mengharuskan manusia menumpukan segala perhatian kepadanya. Dunia adalah tempat ujian, tempat menanam kebajikan, sedangkan akhirat adalah tempat menuai hasilnya.

Komentar

Postingan Populer