Pancaran Ruh Suci Ruh al-Quds

Orang yang berma’rifah kepada Allah menyadari bahwa ‘anak ruh’ atau ‘anak hati’ (yakni pancaran Ruh Suci atau Ruh al-Quds) yang zahir di dalam hati adalah makna kemanusiaan atau insan yang sebenarnya. Itulah insan hakiki. Karena itu, manusia hendaknya mendidik ‘anak hati’ itu agar tumbuh dan berkembang sehingga bersinar cerah terang benderang. Dengan sinar itu mereka dapat menyadari hakikat Keesaan Tuhan (tauhid) sehingga terhapuslah dalam diri mereka sifat menyekutukan Tuhan (syirik). Sadarlah mereka tentang apa yang dikatakan oleh alam ruhani dan tersingkirlah segala ingatannya tentang alam kebendaan. Kini masuklah kesadaran itu ke dalam rahasia yang didalamnya tidak ada ingatan lain, selain Zat Allah Yang Maha Esa.

Pada hakikatnya itulah tempat atau alam tanpa batas yang tidak mengenal awal dan akhir. Anak ruh (anah hati) terbang menjelajah di alam maha luas dan melihat pemandangan yang belum pernah dilihat sebelumnya, yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Tempat itulah tempat tinggal bagi mereka yang meninggalkan ghairullah (selain Allah). Ingatan mereka hanya terpusat pada kehendak mendapat karunia berupa kemampuan melihat dengan mata Ketuhanan, yaitu mata Keesaan dan Tauhid sebagaimana yang diberitakan oleh beberapa Hadis Qudsi.

Apabila mereka dapat melihat keindahan dan kebesaran Allah, maka fana’-lah mereka dari ghairullah. Jika kita melihat matahari, hal-hal yang lain tidak akan tampak, tak terkecuali diri kita sendiri. Apabila keindahan dan kebesaran Allah terzahirkan, apa lagi yang mungkin tertinggal pada kita ? Kosong semata, sepi, sunyi. Tiada yang lain lagi.

Itulah rahasia manusia, rahasia insan. Ia lahir melalui pencampuran ilmu manusia tentang agama dengan kesadaran manusia tentang hakikat, seperti bayi yang lahir dari percampuran dua titik air. Firman Allah :“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setitik mani yang bercampur, yang hendak Kami uji. Karena itu, Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (Q.S. Al-Insan: 2)

Seluruh isi dunia ini pada hakikatnya hanyalah setetes air jika dibandingkan dengan lautan alam ruhani. Hanya dengan mamahami kekuasaan dan cahaya ruhani ini, rahasia Ketuhanan dan hakikat yang sebenarnya akan melimpah ke alam nyata tanpa huruf dan tanpa suara. Dengan kata lain, setelah hati dan jiwa kita direvolusikan dengan ilmu ruhani dan Ketuhanan, maka muncullah kesadaran kita tentang hakikat segala sesuatu dan rahasia Ketuhanan.

Komentar

Postingan Populer